Wednesday, February 6, 2008

Anak Gaul Jakarta

Mungkin aga basi, tapi hal ini emang ga pernah abis untuk dibahas, dan 'mereka' kayanya emang pengen banget dibahas. Kalau Lo emang orang-orang yang tinggal di Jakarta, dengan kesadaran penuh Lo pasti akan menemukan banyak banget pemandangan ini,,,

Yaa,, 'anak gaul jakarta', another fuckin' reality yang awalnya 'ga biasa' sampe akhirnya jadi 'biasa aja' liatnya. Definisi kata 'anak gaul' itu sendiri emang ga pernah jelas dalam perkara ini. Biasa lah, orang Indonesia saking pinternya emang paling jago bikin kosa kata baru, semuanya berdasarkan kesepakatan bersama. Yang pasti buat gua, 'anak gaul' adalah anak-anak yang punya masalah sama kedewasaan perilaku.

Sebenernya wajar dan bukan masalah. Berdasarkan pengalaman sendiri, diumur seperti 'mereka' emang butuh pergaulan untuk berbagai pengakuan (orientasinya untuk diakui), dan itu sebuah proses yang pasti dialamin semua orang, walaupun sangat mengganggu. Tapi kayanya sekarang hal ini udah ga wajar! Sumpah paling males liat 'anak kecil' yang belaga gede. 'Mereka' bisa kaya gitu cuma dengan pake baju kaya orang gede atau dengerin musik dan nonton film yang sama kaya orang gede! Tapi ga bisa disalahin juga sih,, sekarang mana ada film buat anak-anak di Indonesia.. mana ada artis cilik yang kaya 'artis cilik', semuanya maen sinetron ga penting.. dan udah ga ada lagi tuh lagu-lagu anak kecil, kayanya Papa T Bob udah minder sama The Upstairs. Jadi salah tuh kalau Lo bilang MTV gua banget...yang ada MTV gaul banget..

Jakartaaaa jakarta.. emang-emangan dah, dari segini gedenya kota, yang rame paling cuma itu-itu aja. Sebut aja Kemang, Pim, Citos, dan Mall-Mall kebanggaan Jakarta lainnya. Bohong besar kalau Lo ga liat gerombolan celana cucut atau baju cardigan tabrak warna disana. Niatnya sih 'be your self', tapi yang ada itu jadi seragam, konsepnya persis kaya satpam Mall. susseeeh...

Itu tadi perkara anak-anak dibawah umur. Tapi jangan salah, yang udah pada tuwir juga banyak banget yang masih kebawa 'gaul'. Kalau anak sekolahan bisa ngerti deh gua, nah ini.. Dan biasanya 'mereka' lebih 'asik' dari pada yang ABG. Nah..Kalau 'anak gaul' yang tuwir beda lagi tuh kebiasaannya. 'Mereka' ga mau dibilang gaul dan biasanya agak-agak 'denial'. Bilangnya males ke PIM katanya banyak anak gaul, eh yang ada berangkat agak malem trus 'clubbing'. "Wwoooohh GOKIL SOKIL MOKIL GOOOOBBB", "anjing gua BA'OK GILAA..", terus balik shubuh dan ujung-ujungnya maen facebook sambil MSNan ngomongin gebetan. Hampir setiap minggu!

Itu anak-anak club, tapi ada juga yang ngakunya agak-agak idealis, dan ini ga kalah ancur sebenernya, cuma beda pintu doang..Karena udah jadi pembicaraan banyak orang tentang 'anak gaul Jakarta', para kelompok idealis ini nyela 'mereka' gila-gilaan, termasuk nyelain 'tim dustak' (pecinta clubbing). 'Mereka' bilang orang-orang itu (anak gaul) bisanya cuma ikut-ikutan trend, dan kalau zaman berubah, mereka juga bakal berubah lagi. Ya, emang bener banget. Jadi kelompok idealis ini kaya terisolasi alias sangat anti dengan acara hura-hura, dan skeptis ga jelas. Itu kemajuan, setidaknya ada kesadaran untuk tidak seperti 'mereka'. Tapi celakanya, didalam kelompok ini ternyata banyak banget yang berjiwa 'gaul Jakarta'. Dengan modal punya iPod yang isinya band-band indie luar maupun dalem negri, 'mereka' seakan ngerasa "nih, ini baru ga ikut-ikutan", padahal itu lagu hasil ngebajak iTunes temennya, dan ga didenger semua juga. Ngakunya doyan dan gayanya belaga fanatik anak band dengan celana cucut dan rambut gondrong modis terus nogkrong di AKSARA dan ngobrol pake bahasa campur aduk. Atau datengin pameran-pameran kecil yang berseni tinggi dengan tujuan masuk majalah indie gara-gara bajunya keren. Atau juga dengan modal kamera DSLR dan photoshop trus semua orang pengen jadi fotografer. Itulan 'anak gaul Jakarta' yang ngakunya anti gaul dan idealis. Konsepnya ya sama persis sama anak-anak sekolahan, ngikutin pergerakan kelompoknya dengan dasar pengakuan dari kelompoknya sendiri.

Disini gua sebenernya sangat prihatin sama berbagai pihak yang jadi korbannya 'anak gaul Jakarta'. Contohnya seperti para pekerja-pekerja profesional yang dekat dengan eksistensi anak gaul. Sebut saja seperti para musisi yang bekerja keras memenangkan ide-ide murninya dengan jalur independent, atau juga para fotografer-fografer muda yang baru saja ingin mantap dengan karirnya, atau juga dengan para DJ dan puluhan event organizer, atau juga dengan para pecinta seni, film, dan musik serta para anak-anak yang berpotensi jadi anak gaul. Sadar dan tidak sadar, mereka-mereka ini adalah korban setia para 'anak gaul Jakarta'. Bayangkan saja, musisi-musisi Indie (benar-benar musisi) yang telah mati-matian berkarya dengan duit seadanya pada akhirnya menjadi santapan empuk 'anak gaul' sehinga band mereka di cap band musiman oleh masyarakat waras. Selain itu band-band major label yang kalau kata 'anak gaul' sih 'cupu' jadi beneran cupu bagi sebagian masyarakat Jakarta, padahal ga segitunya juga, apalagi kalau diliat dari prestasi mereka buat musik Indonesia. Sempit..! Pikiran 'anak gaul' karena fanatik dengan sebuah kelompok atau zaman menjadikan mereka ga bisa mikir, dan skeptis bodoh (menilai sebelum melihat & meraba sebelum bertanya). Selain para musisi, ya itu tadi, para pekerja jasa kaya desainer dan fotografer. Yang fotografer beneran kan males kalau dibilang kerjaan mereka kerjaan zamanan, atau yang desainer beneran juga pasti pada gerah kalau dengerin 'anak gaul bodoh' yang ngomongin rumah minimalis dan pop art mulu. Atau juga para orang-orang waras yang emang pengen ngumpul di kafe / dimana pun pasti begah kalau di meja sebelah ada anak-anak gaul yang teriak-teriak ngomongin mabokan, extasy lah, sanax lah, halime lah, rave party lah, what ever..! Dan yang paling kasian ya anak muda yang berpotensi kuat ketularan gaul gara-gara lingkungan kotanya kaya gini.

Tapi ya seperti inilah Jakarta. Bener banget tuh yang bilang Jakarta kota keras...Serba salah, mau sebel sama yang ginian, tapi ya kita emang hidup di lingkungan yang udah kaya gini..Mau pro 'anak gaul' ga mungkin juga karena ngapain gua susah-susah nulis ginian. Jadi ya terima aja lah, jangan ngeluh mulu..Yang pasti ini realita yang harus kita alamin sebagai warga Jakarta, dan karena itu gua tulis semua ini dan gua anggap sebagai........
ANOTHER FUCKIN' REALITY.

Ibam Arafi.