Saturday, June 28, 2008

Sahabat Bukan Pacar Bukan

Didalam kamus 'pergaulan' Jakarta, kita biasa denger istilah; teman, sahabat, sobat (sob), brader (bro), 'bos' (temen baru kenal yang lupa namanya), dll. Selain itu ditingkat yang paling intim kita sudah sangat mengenal istilah 'pacar' - teman yang berbeda jenis kelamin (hmm... anggap aja gitu dulu), teman yang sama-sama ngaku doyan, temen yang saking akrabnya sampe harus kenal baik keluarga masing-masing, teman cerita, teman ngeluh, teman berbagi (berbagi perasaan, berbagi kepuasan, berbagi pengalaman, berbagi cairan), dll. Sebenarnya ada yang terlewat dirantai ini. Dalam beberapa kasus 'pengondisian', lahirlah pengertian baru di antara tahapan hubungan sahabat dan pacar. Bahasa gampangnya; "dibilang sahabat, lebih.. dibilang pacar, bukan".

Emang serba salah sih ya kalau punya sahabat lain jenis. Sebenernya sangat lumrah dan sangat tidak bermasalah, tapi kalau udah diselipin perasaan 'aneh-aneh' jadinya rancu. Another Fuckin' Reality kalau lo punya perasaan 'sayang' sama sahabat sendiri. Rasanya ga jelas banget. Kaya siang-siang panas terus pake jaket - sesuatu yang sama sekali ga perlu tapi dilakukan juga (duh ngapain sih gua pake jaket, tai). 'Serba salah', mungkin itu kata yang paling tepat buat kasus kaya gini. Karena yang namanya perasaaan ga pernah bisa disalahin, hanya mungkin kondisinya aja yang kurang tepat. Dan dilemanya adalah; "kalau berhasil, bagus... kalau gagal, gua bakal kehilangan sahabat terbaik". Dalam beberapa kasus, banyak kok yang berhasil - karena saling mengenal, jadi hubungannya baik sekali - cuma perkara waktu buat pengakuan aja, dan itu adalah saat yang terberat. Tapi jangan salah, tetep aja yang namanya pacaran pasti ada ujungnya - dan kalau ujungnya gagal artinya kita kehilangan pacar dan sahabat (combo). Yaa walaupun ga semuanya berakhir seperti itu.

Dilihat dari perspektif yang berbeda, banyak kasus yang berawal dari kejadian 'kasih tak sampai'. Banyak seorang muda/mudi yang mengakui kekagumannya terhadap sahabatnya tanpa tindakan memaksa/meminta untuk menjadi seorang pacar, mungkin karena keadaan yang tidak memungkinkan. Entah itu karena sang sahabat sudah mempunyai pacar, atau karena alesan lain seperti; "aduh, trimakasih udah mau jujur, tapi,,gua emang ga punya perasaan lebih dari seorang sahabat untuk lo..maaf yahh,, tapi kita masih sahabatan kan?". Maksudnya, dengan adanya statment seperti itu (pengakuan & penolakan), definisi sahabat yang seharusnya, telah bergeser ke tahap selanjutnya. Sebuah tahapan yang lebih intim dari sekedar sahabat, tapi juga bukan seorang pacar. Dan yang namanya anak muda, makhluk paling 'kreatif' di muka bumi ini - mereka dengan asiknya menganggap hubungan ini adalah hubungan kakak-adik (biasanya sang pria jadi 'kakak', dan sang perempuan jadi 'adik). Pada akhirnya hal inilah yang menjadi kerancuan. Tapi ya balik lagi, karena hubungan ini lebih dari hubungan sahabat, jadi batasan porsinya pun kurang jelas. Tapi yang jelas, hubungan ini lebih melibatkan sisi emosional dari masing-masing orangnya, dan biasanya ribet banget (yang harusnya ga ribet, jadi ribet). Terlebih lagi kalau salah satu dari mereka memutuskan untuk berhubungan serius dengan orang lain.

Itu tadi kasus yang murni, maksudnya; murni perasaan sayang. Kekaguman kita terhadap sahabat lawan jenis bisa dari berbagai sektor. Ada yang kagum karena kepintaran, atau hanya sekedar "orangnya enak buat diajak gila-gilaan". Tapi ada juga nih 'kasus bulus' (yaaa namanya juga anak muda). Disaat birahi berbicara lebih kencang ketimbang nurani, jadinya ya kaya gini nih. Oportunis, sambil menyelam minum air. Dan itu bisa sama sekali ga kliatan. Karena emang dasar deh yang namanya anak muda, ada aja akal-akalannya. Berlindung dibalik kata 'sahabat', mereka bisa melakukan apa saja. Karena sahabat deket, maka adegan-adegan gelayutan, cium-cium kecil, peluk-peluk mesra, 'stand pensi' (meluk berdiri dari belakang), dll, adalah hal yang sangat biasa - padahal detak jantung udah kenceng banget, dan hal itu emang yang ditunggu-tunggu. Dan kocaknya, hal ini sebeneranya sangat sangat sangat sangat disadari oleh kedua sahabat tersebut. Yang perempuan pasti tau laaah kalau 'si joni' sahabatnya mulai beraksi dikit-dikit. Dan si sahabat pria juga pasti ngerti laaah; "wah.. kok doi cuek-cuek aja?loh kok malah ngedeket, bisa nih berarti!". Hal ini ga pernah dibahas gamblang diantara mereka berdua, hanya sebatas tau sama tau (lapan anam). "yesterday is history, tomorrow is mistery, but today is a give, thats why we call it present (tense)". Jadi wajar banget kalau ada kasus; orang cemburu sama sahabat pacarnya, soalnya orang itu sendiri juga kaya gitu.

Naaah,, yang bahaya sebenernya adalah kejadian yang tidak terduga. Contohnya; udah yakin banget nih 'bisa', trus tahaaan,,tahaaan,, nunggu sampe momen yang pas... tahaaan duluu,,, akhirnya pas banget,,suasana sepi, gelap, intim, dekat, yakin,,, pas mau 'hajar',,,, "ihhhh lo apa-apaan sih! nggak, nggak ah, nggak mau kaya gini", paling jawabannya cuma; "eeerrh..eh,, sori-sori..gua lagi, gua kebawa suasana..maaf ngga lagi-lagi,,aduh.. abis gua pikir td lo juga,,mau". Jlegerrrrr.... Maksudnya disini, ini adalah saat-saat gambling - situasi yang sangat tidak pasti - situasi yang 'yaudah'/gimana nanti. Dan ini banyak sekali terjadi pada hubungan persahabatan dimana saja, dan biasanya berakhir dengan tidak baik. Tapi kan namanya juga sahabat,,udah lah lupain aja...

Hubungan sahabat-pacar ini memang selalu menjadi dilema. Disatu sisi, kita ga bisa nyalahin perasaan suka/sayang/apalah itu. Disisi lain, tetap yang namanya sahabat adalah teman hidup - kadang-kadang sisi emosinya melebihi porsi untuk pacar bahkan orang tua. Jadi seharusnya ada rasa tanggung jawab untuk terus membina hubungan yang sehat. Another Fuckin' Reality ketika kita dihadapkan pada dilema itu. Tapi ya sekali lagi,, namanya juga anak muda, oportunis dikit ga apa-apa laaahh.. ga rugi juga kan,,itung-itung berbagi pengalaman (ngeles aaaje). I enjoy fireworks but stars are nice too.